Monday, May 28, 2018

Cerita Dewasa Kenikmatan Bersama Ibu Ratna


Namaku Agus, aku seorang pegawai swasta di Jakarta. Baru sebulan ini aku pindah kantor, alasannya klasik, soalnya kantor baruku ini memberi gaji yang jauh lebih tinggi dari pada kantorku yang lama. Sebenernya sih aku agak heran dengan kantor baruku ini, soalnya waktu wawancara dulu gaji yang aku ajukan tidak ditawar sama sekali, langsung setuju ! Emang sih aku agak nyesel kenapa gak nawarin yang lebih tinggi lagi, tapi aku sadar diri, untuk posisi yang aku tempati sekarang aja, gajiku tergolong sangat tinggi.

Hari itu hari jumat, setelah makan siang, HPku tiba-tiba berdering. Itu dari Bu Ratna, manager keuangan yang dulu menyetujui gaji yang aku ajukan. Mengingat “jasanya” dia ke aku, tentu aja aku sangat menghormati dia.

“Halo bu, selamat siang” sapa saya menjawab telpon.

“Halo Agus..” jawab dia riang sekali.

“Ada yang saya bisa saya bantu ?” tanya saya, basa-basi sih.

“Ah enggak cuma ngecek kamu aja. Dah makan siang ?” tanyanya ramah.

“Oh sudah bu, baru aja” jawabku.

“Gimana kerja disini, ada masalah ?” tanya bu Ratna lagi.

“Wah enggak bu, tapi memang saya baru mulai sih, baru membiasakan diri dengan keadaan kerja disini” jawab saya singkat.

“Gimana gajinya, dah cukup ?” tanyanya dengan suara menggoda.

“He..he..he.. maunya sih tambah lagi bu” jawab saya sambil tertawa.

“Hah.. segitu aja udah tinggi kan ?” balas bu Ratna sedikit kaget.

“Iya bu, becanda tadi..” jawabku singkat.

“Oh.. kirain.” jawabnya. “Eh Agus nanti sore sehabis kantor kamu ada kerjaan gak ?” tanya bu Ratna.

“Enggak kayaknya bu, ada apa emangnya” tanyaku sedikit heran.

“Hmm.. ada yang ingin saya bicarakan, agak pribadi sih, makanya saya ingin bicaraiinnya sehabis kantor aja nanti” jawab bu Ratna.

“OK bu, saya gak ada janji untuk sore sampe malem nanti” jawab saya.

“OK nanti aku tunggu di kafe xxx nanti sore” kata bu Ratna.
“OK bu” jawab saya.

“Ok kalo gitu, oh iya, golongan darah kamu apa ?” tanya bu Ratna sebelum mengakhiri pembicaraan.

“B” jawabku penuh kebingungan.

“Perfect ! OK deh aku tunggu nanti sore” kata bu Ratna lalu menutup telponnnya.

Sejenak aku terdiam penuh kebingungan, tapi aku kembali bekerja sebab pekerjaanku lumayan menumpuk.

Setelah pulang kerja aku arahkan mobilku ke kafe xxx yang dijanjikan tadi. Dalam perjalanan aku diselimuti kebingan yang amat sangat. Bu Ratna… Ada apa manager keuangan kantorku itu mau menemuiku, soal urusan pribadi lagi. Dan yang paling membuatku bingung adalah dia sempat menanyakan golongan darahku, untuk apa ?

Sebagai informasi, Bu Ratnaberumur sekitar 34-35 tahun. Masih cukup muda untuk menjadi manager keuangan, tapi memang dia berasal dari keluarga yang berteman dekat dengan pemilik perusahaanku. Ditambah lagi suaminya, pengusaha yang dulu jadi sahabat pak Faisal presdir perusahaanku sewaktu kuliah.

Oh iya bu Ratnasudah bersuami, tapi sayang mereka belum dikaruniai anak. Tapi mungkin karena hal itu bu itu terlihat masih seperti wanita muda. Badannya tinggi semampai, ramping tanpa lemak. Kulitnya kuning langsat dengan rambut lurus sebahu. Matanya berbinar selalu bersemangat dan bibir tipisnya itu selalu menarik perhatiannku. Hanya ada satu kata yang dapat mewakili bu Ratna… Cantik.

Sesampainya di kafe xxx, aku melihat bu Ratna melambai kearahku dari meja yang agak dipojok. Kafe itu memang agak sepi, pelanggannya biasanya eksekutif muda yang ingin bersantai setelah pulang kerja.

“Sore bu, maaf agak terlambat” kataku sambil menyalaminya.

“Oh gak pa-pa” kata bu Ratna sambil mempersilakkan aku duduk.

Selanjutnya aku dan bu Ratna mengobrol basa-basi, bercerita tentang kantor, dari yang penting sampe gosip-gosipnya. He..he..he.. gak guna banget.

Setelah beberapa lama akhirnya aku mengajukan pertanyaan. “Oh iya bu, sebenernya ada apa ya mengajak saya bertemu disini” tanyaku memulai.

“Oh iya” jawabnya. Mendadak wajahnya sedikit pucat.

Beberapa saat ibu Ratna terdiam. Kemudian mulai berkata “Begini Agus, kamu tau kan kalo aku sudah berkeluarga ?”. Aku menganguk kecil untuk menjawabnya.

“Tahun ini adalah tahun ke 10 pernikahanku” lanjutnya. Kemudian dia mengeluarkan sebuah foto dari dalam dompetnya. “Ini foto suamiku waktu sebelum nikah, gimana mirip kamu gak ?”

“He..he..he.. kayak ngaca” jawabku sambil mengembalikan foto tersebut. Sebenernya aku makin bingung arah pembicaraan bi Ratna.

“Kamu tau kan aku dan suamiku belum dikaruniai anak ?” tanyanya lagi

“Iya…” jawabku bingung.

“Jadi begini Agus, aku dan suamiku sudah mencoba beberapa cara. Tapi belum berhasil. Sedang umurku semakin bertambah, makin sulit untuk bisa punya anak. Memang kami sudah tau masalahnya ada disuamiku dan dia sekarang dalam terapi pengobatan, tapi mungkin suamiku butuh bantuan lain….. dari kamu” kata bu Ratna.

“Bantuan dari saya ? maksudnya bu ?” tanyaku yang sudah dipuncak kebingungan.

“Mungkin kamu bisa bantu suamiku untuk membuahi aku” katanya pelan.

“Maksudnya saya menyumbang sperma untuk bayi tabung ibu dan suami ibu ?” tanyaku tergagap.

“Bukan, aku sudah pernah coba cara itu dan gagal. Sperma suamiku terlalu lemah. Kalau aku ulangi sekarang tentu suamiku curiga. Lagi pula sulit untuk menukar sperma suamiku dengan spermamu nanti” jawab bu Ratna.

“Jadi ?” tanyaku lagi.

“Aku pingin kamu meniduri aku, membuahi aku sampai aku hamil” jawabnya singkat.

Aku cuma bisa ternganga terhadap permintaan bu Ratna yang ku anggap sangat gila itu.

“Tenang, jangan takut ketahuan. Kamu mirip sekali dengan suamiku, apalagi golongan darah kalian sama, jadi anak yang lahir nanti akan sulit sekali diketahui siapa ayah sebenarnya.” kata bu Ratna meyakiniku. Akhirnya terjawab kenapa dia tanya golongan darahku tadi. Mungkin alasan bu Ratna begitu gampang menyetujui waktu aku wawancara dulu salah satunya adalah rencana ini…

“Trus bagaimana kita melakukannya ?” tanyaku setelah menenangkan diri.

“Kamu ada waktu malem ini ? Kebetulan suamiku lagi keluar kota sampai besok.”tanya bu Ratna.

“Aku available.” jawabku.

Kemudian bu Ratna menelpon kerumahnya, memberitahukan pembantunya dia tidak pulang malam itu sambil memberi alasan. Kemudian dia mengajakku ke hotel xxx. Setelah cek in, kami langsung masuk kamar.

Didalam kamar, tidak ada pembicaraan yang berarti. Bu Ratna langsung ijin untuk mandi, setelah dia selesai, gantian aku yang mandi.

Setelah aku keluar dari kamar mandi, aku melihat bu Ratna yang hanya memakai bathrobe tiduran sambil menonton tv. Aku kemudian duduk di pinggiran tempat tidur.

“Bagaimana, kita mulai ?” tanyaku dengan perasaan gugup. Soalnya biasanya aku ML tujuannya cuma untuk senang-senang, bahkan pakai alat kontrasepsi agar pasangan MLku tidak hamil. Kalau ini malah tujuannya pengen hamil.

“OK” jawab bu Ratna kemudian bergeser memberi aku tempat untuk naik ketempat tidur.

Aku berbaring disampingnya kemudian berkata “Bu, mungkin tujuan kita supaya ibu bisa hamil, tapi apa bisa kita melakukan persetubuhan ini seperti layaknya orang lain yang mencari kepuasan juga ?”

“Gak pa-pa sayang…” jawab bu Ratna. “Aku rela kok kamu tidurin. Malah sejujurnya kamu tuh bangkitin nafsuku banget. Ngingetin aku diawal-awal pernikahanku” jawab bu Ratna nakal.

Aku kemudian mengecup dahi bu Ratna, sesuatu yang selalu aku lakukan sebelum meniduri wanita. Bu Ratna terseyum kecil.

Kemudian aku mengecup bibir bu Ratna. Bibir tipis yang selalu menarik perhatianku itu ternyata nikmat juga. Kemudian aku mulai mencium bibirnya lagi, kali ini lebih lama dan lebih dalam. Sambil mencium bibir mu Ratna, tanganku mulai bergerilya. Pertama-tama aku elus rambutnya, bu Ratna membalas dengan sedikit meremas kepalaku. Kemudian tanganku turun untuk mengelus-elus tubuhnya, walaupun masih dari luar bathrobe.

Masih sambil berciuman, perlahan aku buka tali bathrobenya. Setelah membuka sebagian bathrobe bagian atasnya, aku langsung mengelus payudaranya, ternya bu Ratna sudah tidak memakai bra. Awalnya aku hanya mengelus, tapi kemudian berubah menjadi meremas. Payudaranya masih kenyal, walaupun sudah sedikit turun, tapi sangat nikmat untuk diremas.

Kemudian aku mulai memilin-milin putingnya. Bu Ratna merintih pelan, kemudian melepaskan ciuman. Aku kemudian turun sedikit untuk mulai menjilati puting bu Ratna. Aku muail menjelati puting yang kiri sedang payudara yang kanan aku remas dengan tangan. Kemudian berganti aku menjilati yang kanan sambil meremas payudara yang kiri. Sesekali aku gigit-gigit kecil, tapi sepertinya bu Ratna tidak terlalu suka, dia lebih menyukai aku menyedot kencang putingnya.

Tangan kananku kemudian turun kebawah untuk membuka bathrobe bagian bawahnya hingga tubuhnya terlihat semua. Bathrobe hanya menyangkut di tangannya. Tanganku mulai mengelus pahanya. Perlahan aku buka sedikit pahanya untuk mengeluspaha bagian dalamnya, begitu mulus kulit bagian itu.

Tanganku naik keatas menuju selangkangan, ternyata bu Ratnamasih memakai CD. Aku tak mau langsung ke vaginanya hingga tanganku beralih ke pantatnya. Aku meremas pantat yang bulat ini dari dalam CDnya, sebab aku selipkan tanganku ke dalam celananya.

Jujur aku adalah penggemar pantat dan pinggul wanita. Apalagi wanita seperti bu Ratna ini. Pinggulnya ramping tapi pantatnya besar membulat.

Perlahan remasan kepantat bu Ratna aku alihkan ke depan. Di garis vaginanya aku merasa sudah banyak cairan yang keluar dari vaginanya. Kemudian aku mengelus vaginanya mengikuti garis vagina. Perlahan aku tusuk vaginanya dengan jari tengahku.

Tubuh Bu Ratna tersentak, pinggulnya diangkat seperti mengantarkan vaginanya untuk melahap jariku lebih dalam. Jariku aku keluar masukkan perlahan, bu Ratna merintih semakin keras.

Aku turun kebawah, ingin menjilat vaginanya. Tapi Bu Ratna menahan tubuhku. “Gak usah Agus, aku malu” kata Bu Ratna. “Langsung masukin aja sayang, aku dah gak tahan” lanjut bu Ratna.

Aku memposisikan tubuhku diatas bu Ratna. kemudian aku lebarkan pahanya nsehingga selangkangannya terbuka lebar. Aku arahkan penisku ke vaginanya. Perlahan aku usahpak penisku ke permukaan vaginanya, tapi bu Ratna memandangku dengan penuh harapan supaya aku cepat memasukkan penisku ke vaginanya.

Perlahan aku dorong penisku untuk measuk ke vaginanya. Vaginanya masih seret, mungkin karena belum pernah melahirkan. Aku mulai mengeluar masukkan penisku dari vaginanya, sedangkan bu Ratna merintih keras setiap penisku menghujam vaginanya.

Sesekali aku mencium bibirnya, tapi dia lebih suka merintih sambil memejamkan matanya menikmati setiap gesekan vaginanya dengan penisku. Tangan bu Ratnamencengkram bahuku, sepertinya dia ingin tubuhh kita bergesekan keras agar payudaranya tergesek oleh dadaku.

“Mas terus mas, terus…” rintih bu Ratna. Sepertinya dia membayangkan suaminya yang menyetubuhinya. Sebenernya aku agak cemburu, tapi aku pikir-pikir lebih baik daripada dia merintih memanggil namaku, nanti dia kebiasaan bisa berabe kalau dia memanggil namaku waktu bersetubuh dengan suaminya.

Tiba-tiba tangan bu Ratna mencengkram pantatku seakan membantu dorongan penisku agar lebih kuat menghujam vaginanya. Pinggulnya pun semakin aktif bergerak kekanan-kekiri sambil kadang berputar. Sungguh beruntung aku bisa menikmati tubuh molek bu Ratna yang sangat ahli bercinta.

Tiba-tiba tangannya menekan keras pantatku kearah vaginanya. Sepertinya dia sudah orgasme. Tubuhnya menegang tidak bergerak. Akupun menghentikan pompaanku ke vaginanya sebab tangannya begitu keras menekan pantatku.

Setelah tubuhnya berkurang ketegangannya aku mulai pompaanku perlahan. Cairan orgasmenya membuat vaginanya semakin licin. Memang vaginanya jadi berkurang daya cengkramnya, tapi kelicinannya memberikan sensasi yang berbeda.

Aku mengangkat tubuhnya untuk berganti posisi. Tapi bu Ratna menolak sambil berkata “Agus please, kali ini gaya konvensional aja ya… aku pengen nikmatin… besok-besok ya”. Aku meletakkan tubuh bu Ratna lagi.

Goyangan pinggulnya makin menggila, begerak kekiri dan kekanan, tapi aku paling suka saat berputar. Sungguh hebat goyangan bu Ratna. Mungkin itu goyangan terbaik dari wanita yang pernah aku tiduri.

Tangannya kembali menekan keras pantatku, bu Ratna sudah sampai di orgasme keduanya. Tubuhnya sangat tegang kali ini, sampai perlu lama untuk kembali normal. Setelah berkurang ketegangannya, aku berkata “Bu apa kita sudahin dulu ? kayaknya ibu sudah lemas sekali.” kataku.

Baca Juga: Cerita Dewasa Malangnya Gadis Penjaga Teller Yang Diperkosa Satpam Bank

“Gak pa-pa Agus, aku pengen sperma kamu, terusin aja.” jawab bu Ratna.

Aku mulai memompa lagi vaginanya dengan penisku. Kali ini vaginanya sudah benar-benar basah. Bu Ratna sudah mengurangi gerakannya, mungkin dia sudah terlalu lemas.

Aku konsentrasikan pompaanku ke vaginanya hingga bu Ratna mulai merespon lagi. Sebenarnya aku sudah dikit lagi ejakulasi saat bu Ratna tiba-tiba berteriak kencang

“Arrrhgh….. Agus gila enak banget” jeri bu Ratna sambil menjepit tubuhku dengan kedua pahanya.

“Adu gila Agus…. aku dah 3 kali keluar kamu belum keluar juga. Ayo dong Agus, aku cari pejantan bukan cari gigolo…” kata bu Ratna lemah.

AKu sebenernya kasian dengan bu Ratna, tapi aku juga sedikit lagi ejakulasi. Aku goyang perlahan penisku. Kali ini aku benar-benar konsentrasi menggapai orgasmeku. Tak berapa lama aku merasa spermaku sudah sampai diujung penisku.

“Bu saya dikit lagi keluar bu.” kataku sambil meniukmati sensasi luar biasa. Bu Ratna membantu dengan menggoyangkan pinggulnya sambil menahan pantatku agar penisku tidak lepas dari vaginanya.

“Agkh….”, crot..crot..crot..crot empat kali spermaku ku siram derask ke liang vaginanya. Bu Ratna menahan pantatku kuat-kuat agar spermaku masuk kerahimnya dalam-dalam.

“Tahan sebentar Agus, supaya spermanya masuk semua” kata bu Ratna sambil menahan pantatku kearah selangkanyannya. Setelah beberapa menit baru bu Ratna melepaskan cengkramannya. Aku kemudian merebahkan tubuhku disampingnya.

Malam itu aku menggagahi bu Ratna sampai 3 kali. Sama seperti yang pertama, aku tumpahkan seluruh spermaku ke liang vaginanya. Setelah itu persetubuhannku dengan bu Ratna jadi acara rutin. Minimal 2 kali seminggu aku menyetubuhinya. Aku bahkan dilarang bersetubuh dengan wanita lain, agar spermaku benar-benar 100% masuk ke rahimnya.

2 bulan kemudian bu Ratna positif hamil, tapi sampai saat ini, saat kehamilannya memasukki bulan ke 3, aku masih rutin menyetubuhi bu Ratna. Sepertinya bu Ratna tidak bisa menolak kenikmatan digagahi olehku, dan aku tentu aja gak mau kehilangan goyangan dasyat bu Ratna.


No comments:

Post a Comment