Friday, April 20, 2018

Cerita Dewasa Ngentot Bersama Siswi Magang Yang Masih Perawan


Mastercoli - Aku dulu sempat bekerja di sebuah perusahaan swasta nasional yang bergerak di bidang otomotif di daerah Bekasi. Ditempat itu, sebut saja PT. BT, jumlah karyawannya lumayan banyak. Tapi bukan hal itu yang membuatku menuliskan cerita ini.

Selain karyawan, disana terdapat beberapa siswi yang sedang melakukan PKL. Diantara siswi tersebut, salah satu, yang bisa membuatku merasakan cinta (yang dulu pernah hilang bersama Frisca).

Siswi tersebut, kita sebut saja namanya Lia, diperbantukan di departemen Personalia, sedangkan aku, bekerja di departemen PPIC. Sebenernya ruang kerja kami agak berjauhan, tetapi karena sama-sama mengerjakan jenis pekerjaan yang menyangkut dengan data, maka setiap hari, kami selalu bertemu ditempat foto copy.

Awalnya sih, aku cuman terpesona dengan kecantikannya saja, karena dengan hidung yang bangir, bentuk bibir yang sensual, di hiasi lesung pipit di kedua pipinya, membuat semua yang ada pada dirinya terlihat sempurna. Hari demi hari kami terlihat semakin dekat, bahkan banyak teman-temanku yang menyangka kalau aku sedang PDKT dengannya.

Semua anggapan temanku, tidak terlalu aku pikirkan, karena aku merasa, Lia disini sedang belajar dan mengerjakan tugas yang diberikan dari sekolahnya, dan sebagai seorang karyawan di PT. BT, aku hanya sekedar membantunya dan mendukungnya, jika ada hal yang belum ia pahami. Hampir dua minggu aku mengenalnya, ternyata sikap dan kelakuannya membuat aku semakin jatuh hati kepadanya.

Ketika aku mendengar gurauan salah seorang temanku, yang mengatakan kalau dia berani memberi Rp. 500.000,- kepada Lia, jika Lia bersedia menemaninya selama 2 jam, perasaanku malah semakin care sama Lia. Timbul perasaaan cemburu ketika mendengar gurauan itu. Namun aku tidak berani untuk mengungkapkannya, karena saat itu diantara aku dan Lia, tidak mempunyai hubungan yang terlalu istimewa.

Akupun merasa wajar, jika temanku berkata demikian, karena dengan wajah secantik itu siapa saja bisa berhak untuk memilikinya, jika memang Lia memanfaatkan tubuhnya, mungkin harganya bisa diatas Rp. 350.000, per jam (harga tersebut diatas, adalah harga rata-rata seorang massage girl yang sudah dianggap cantik).

Suatu ketika, bersama seorang temannya yang bernama Emi, Lia menuju meja kerjaku, awalnya sih bertanya tentang sesuatu yang ada hubungannya dengan keperluannya, mungkin karena merasa sudah akrab, Lia juga bertanya tantang nomor hape ku yang aktif, alasannya sih biar gampang saja, kalau nanti dia mau nanya sesuatu. Aku langsung mencatatkan nomor hape ku di kertas dan ku berikan.

Ketika mereka ikut memperhatikan cara kerjaku, tiba-tiba, “Buukkk..” tanpa sengaja, tangan Emi menyenggol buku yang aku simpan disisi meja. Aku langsung mengambil bukunya dengan cara berjongkok. Alamak.. ketika berjongkok, tanpa sengaja aku menatap lutut kaki Lia yang mulus beserta bokongnya yang menonjol sangat indah sekali, dua pasang paha mulus terpampang didepan wajahku.

Bukan hanya itu, karena posisi kaki Lia ketika duduk, agak mengangkang, maka ketika ku perhatikan, dipangkal pahanya terlihat pemandangan yang cukup membuat libidoh ku naik. Ku lihat dia memakai CD berwarna Pink, dengan hiasan renda di sisinya. Mungkin karena mereka terlalu fokus memperhatikan hasil pekerjaanku, mereka tidak menyadari (atau memang sengaja?) kalau di bawah meja, aku sedang menikmati apa yang seharusnya mereka tutupi.

Karena takut mengundang kecurigaan dari teman sekerjaku, terpaksa aku kembali duduk dan menerangkan tentang cara kerja di PT. BT kepada Lia dan Emi. Namun kejadian yang baru saja aku alami, tetap mengganggu pekerjaanku. Mungkin karena aku tidak konsentrasi dengan apa yang sedang kami bicarakan.

Lia bertanya “Pak, perkataan bapak koq sedikit tidak nyambung sih??”. Sebenarnya aku malu mendapat pernyataan seperti itu, namun karena merasa sudah akrab, aku berbisik kepada Lia dan menceritakan kejadian yang sebenarnya. Bukannya malu, Lia malah tersenyum mendengarnya.

“Kenapa tidak disentuh saja Pak, biar tidak penasaran”, goda Lia. Emi yang tidak tahu apa-apa, hanya bengong mendengar pembicaraan kami. Sebagai seorang lelaki, mendengar penawaran Lia, aku semakin penasaran apa yang ada di balik cd yang berawarna pink yang baru saja aku lihat, dan membayangkan bagaimana kalau aku mencicipinya.

Namun semuanya berusaha aku redam, karena walau bagaimanapun, di PT. BT ini, aku harus JAIM (Jaga Imej), agar aku tidak mendapatkan masalah. Bel istirahatpun berbunyi, dan kami langsung menuju kantin untuk makan siang.

Baru saja aku selesai makan, Lia mendekatiku dan berbisik “Besok Bapak saya tunggu di Hero sekitar jam 10.00 pagi, ada yang ingin saya bicarakan, saya tunggu didepan ATM”. Walau singkat, tapi tetap membuatku bertanya-tanya, sebenarnya apa yang akan dibicarakan? Mengapa waktunya hari sabtu, padahal kan setiap hari sabtu PT. BT libur.

Mengapa dia berbisik pelan kepadaku, apa takut terdengar yang lainnya?. Besoknya, dengan tetap berpakaian rapi (seperti jika mau berangkat kerja), aku mengeluarkan motorku dan beralasan lembur kepada kedua orang tuaku.

Menunggu adalah hal yang sangat membosankan, karena sampai di Hero, jam baru menunjukkan angka 08.30, Setelah mencari sarapan, sambil ngerokok, aku iseng-iseng ikut ngantri ATM, padahal cuma mau liat saldo doang, karena uang yang ada di dompetku, masih ada sekitar Rp. 400.000,-. Dari jauh, aku sudah tahu kalau gadis yang menuju kearahku adalah si Lia, dan pagi ini, dia terlihat sangat sexy, karena Lia hanya mengenakan kaos dan celana jeans ketat.

“Udah lama ya Pak? Kan Lia janjinya jam 10.00, sekarang baru jam 09.45, Lia tidak salah khan?”, “Jangan panggil aku Bapak dech Lia, aku kan belum nikah, dan ini bukan di kantor, panggil namaku saja deh, biar bisa lebih akrab”.
“Ok deh Pak, eh Fais”, sambil tersenyum Lia langsung menggandeng tanganku.
“Fais, enaknya kita ke mana yach”, tanya Lia.
“Terserah, emang mau ngomongin apaan, kayaknya pribadi banget”.
“Ngga juga, Lia seneng saja kalau deket ama Fais, kenapa ya?” “Mau tahu jawabannya”, candaku.
“Ngga usah Fais, Lia sebenarnya ingin mengatakan bahwa Lia suka dengan Fais”, jawab Lia polos.

Tanpa disadari, mungkin karena saking senengnya, aku yang sejak awal sudah menginginkannya, langsung memeluknya. Mendapat perlakuan begitu, Lia mencoba melepaskannya, dan mengingatkan, kalau kita masih ada dilokasi umum, tidak enak terlihat oleh banyak orang.

Akhirnya kami memutuskan mencari tempat yang cocok untuk berduaan. Tapi karena yang aku tahu cuma hotel tempat satu-satunya yang cocok untuk berduaan tanpa takut terlihat orang lain, walau terlihat agak ragu, Lia akhirnya menyanggupinya.

Sekitar jam 10.30, kami sudah sampai di front office hotel BI, dan mengambil sebuah kamar dengan fasilitas TV dan AC. Dengan agak ragu Lia memasuki pintu kamar (mungkin karena baru pertama kalinya), dan dia agak terkejut melihat fasilitas yang terdapat di dalamnya. Apalagi ketika dia melihat kamar mandinya.

“Enak juga ya Fais, kita bisa ngobrol berduaan disini, tanpa takut akan terdengar atau terlihat oleh orang lain”. Lia langsung merebahkan badannya ke ranjang, dan mencari siaran TV yang khusus menyiarkan acara musik.

Kebetulan banget lagunya adalah lagu-lagu romantis, yang secara tidak langsung, ikut mempengaruhi suasana hati kami.

Lewat iphone, aku memesan makanan dan soft drink. Ketika aku menyalakan rokok, terdengar suara room boy mengetuk pintu dan mengantarkan pesananku. Aku mendekati Lia yang sedang rebahan, maksudnya sih mau nawarin makanan, tapi Lia langsung bangun dan bertanya.

“Apakah Fais juga mencintai Lia, dengan perkataanya seperti itu aku jadi malu mengakuinya. tapi bila tidak diungkapkan, Lia takut kalau Fais tidak mengetahui apa sebenernya yang Lia harapkan. Maafin Lia yah yang sudah ngerepotin Fais, padahal kan sekarang waktunya libur dan istirahat, tapi Lia malah meminta Fais menemui Lia”.

Aku terharu juga mendengar kejujuran dan kepolosannya, akhirnya setelah mendengarkan semua tentang apa yang ada dihatinya, sambil membelai rambutnya (agar perasaannya menjadi lebih tenang), aku pun berusaha meyakinkannya, bahwa semua yang dialami, adalah wajar, jika seseorang mencintai lawan jenisnya, dan tidak ada yang namanya salah, jika sudah menyangkut perasaan hati.

Ketika dia menatapku dengan tatapan yang tajam, secara perlahan aku mencium keningnya. Tapi ternyata, yang kulakukan itu malah membuat Lia berani untuk membalas ciumanku. Dia langsung melumat bibirku dan seperti seseorang yang tidak mau kehilangan sesuatu yang berharga, dia memelukku dengan erat sekali. Sambil terus menikmati bibirku, tangannya terus mengelus dan mengusap seluruh bagian tubuhku.

Mungkin dirinya benar2 mencintai diriku. Tapi sekarang aku yang bingung, karena dengan melihat bentuk tubuhnya saja (waktu di kantor), bisa membuat aku “ngaceng”, sekarang seluruh tubuhnya sudah melekat erat ditubuhku (walau masih memakai pakaian lengkap).

Kedua payudaranya yang tidak begitu besar terasa sekali, akhirnya kuputuskan untuk menikmati keadaan ini, karena jujur saja, kadang-kadang, dulu akupun sering menghayalkan betapa nikmatnya jika bercumbu dengan si Lia, apalagi jika berjalan di belakangnya, goyangan pantatnya ngajakin kita jual tanah (maksudnya ntar duitnya buat ngebayarin pantatnya, he.. he.. he..).

Tanganku mulai telusuri untuk membuka kaosnya, karena aku tidak mau pandanganku yang tertuju kepada payudaranya, terhalang oleh kaos yang ia kenakan. Pelan namun pasti, akhirnya bukan hanya kaosnya yang berhasil aku buka, BH nya pun sudah aku lepaskan, tampak sekali kedua bukit kembarnya yang masih merah mudah itu sunggu menarik batinku.

Sejenak aku terpana melihat keindahan bentuk payudaranya itu, namun hanya sebentar, karena aku ingin segera menikmati dan merasakan keindahan tubuhnya yang aduhai itu, kuremas kedua susunya, dengan mesra aku mulai menghisap putingnya yang sudah agak mengeras dan berwarna pink itu. Kucium dan kujilati bagian tubuhnya, mulai dari leher, terus bergerak turun dan menuju putingnya kembali.

“Yaa.. Hisap terus sayaangg.. Aacchh.. Ennaakk banget Fais.. Geli.. Tapi nick.. Maaattt.. Teeeruuus.. Aacchhh..” Lia terus meracau menikmatinya. Aku terus merangsangnya, dan mencoba membuka celana jeans yang dipakainya, lantaran jeans yang dikenakannya sangat ketat, aku kesulitan untuk membukanya, untungnya Lia mengerti, dengan agak mengangkat pantatnya, dia mulai mencoba menurunkan jeansnya sendiri. Dengan sabar, aku menunggu dan terus mempermainkan susunya.
Setelah jeansnya terlepas, tangan Lia berusaha untuk membuka semua yang aku kenakan. Satu persatu jari tangannya membuka kancing kemejaku, dan setelah berhasil membuka baju dan celana yang aku pakai, Lia hanya menyisakan CD saja yang masih melekat ditubuhku.

Mungkin dia masih ragu untuk membukanya, karena masih perawan. Walau diwajahnya terlihat, kalau dia sedang diamuk birahi, namun dia masih bisa menguasai pikirannya, aku yakin dia merasa takut di cap sebagai cewe yang agresif dan takut jika aku tidak menyukai tindakannya. Namun aku tetap menikmati suasana yang terjadi di dalam kamar hotel ini.

Aku terus merangsang birahinya, ciumanku aku arahkan kedaerah perutnya, terus kebawah menyusuri lubang pusarnya, dan kedua tanganku, bergerak untuk membuka CD yang masih melekat ditubuhnya.

Secara perlahan aku mencoba membuka CD nya, sambil terus mencumbunya, aku menciumi setiap daerah yang baru telihat ketika CD nya mulai bergerak turun.
Lia sangat menikmati semua sentuhan yang aku berikan, bahkan ketika CD nya telah terlepas, dan aku mulai menjilati memeknya, dia terus mendesah dan malah membuka pahanya lebar-lebar agar lidahku bisa menjilati bagian dalam memeknya. Dengan keharuman yang khas, memek itu telah membuat aku betah berlama-lama mencumbuinya.

Aku terus menjilati, dan dengan jari telunjukku, aku coba merangsang dia dengan memainkan kelentitnya. Semakin aku percepat memainkan jari telunjukku, semakin cepat pula dia menggoyangkan pantatnya. Lia terus mendesah dan meracau tak karuan.

“Aacchhhh.. Terus sayang.. Nikmatnya.. Teruzzsss.. Lebih ke dalam lagi Fais.. Teruuzzss.. Yacchhh.. Benar.. Jilati terus yang.. Itu.. Sayang.. Accchhh”. Karena rangsangan yang dia terima makin hebat, pantatnya bukan hanya digoyang-goyangkan, tapi malah diangkat-angkat ke atas, mungkin tujuannya agar lubang memeknya yang lebih dalam ikut tersentuh oleh lidahku.

Dengan bantuan jari-jariku, aku terus mengaduk-aduk isi memek Lia, aku sentuh G-Spotnya secara perlahan, dia langsung menggelinjang, lalu kuelus G-Spotnya nya dengan jari tengahku, Lia makin liar, seperti orang yang sedang ngigau, dia meracau tak karuan, tak jelas suara apa yang keluar dari mulutnya, karena yang aku tahu, lubang memeknya sudah sangat basah oleh cairan kemaluannya, seluruh tubuhnya seperti menegang, tapi itu tak berlangsung lama, karena, dirinya langsung terdiam dan tergolek dengan lemas.

Melihat Lia sudah mencapai orgasme, aku berusaha untuk tenang, tetapi kontolku sudah sangat tegang (walau masih tertutup oleh CD) dan ingin segera merasakan nikmatnya memek Lia. Aku segera mencium dan menjilati “lubang surga” itu, agar Lia bisa merasakan apa yang namanya multi orgasme.

Usahaku ternyata berhasil, karena hanya dalam beberapa menit, tubuhnya kembali bergetar dan menegang. Diiringi desahannya yang sangat menggairahkan, Lia kembali merasakan kenikmatan itu. Karena beberapa kali mengalami orgasme, Lia terlihat sangat lelah, meski tak dikemukakan, terlihat jelas bahwa dia sangat puas dengan oral yang aku lakukan.
Dengan tersenyum, dia mencoba untuk melepaskan CD yang masih melekat ditubuhku. Tanpa ragu, dia mulai menjilat dan mengulum kontolku. Mendapat perlakuan seperti itu, aku yang semula mendominasi permainan, hanya diam saja menikmati permainan Lia.

Dengan bibir indahnya, dia mengulum dan mengeluar masukan kontolku ke dalam mulutnya, dan sesekali dengan menggunakan kelembutan lidahnya, dia mengusap dan menjilat kepala kontolku. Gila.. ternyata Lia bukan hanya indah buat dilihat, ternyata Lia mempunyai kemampuan yang sangat baik dalam merangsang dan memanjakan kita dalam permainan seksnya.

Aku berusaha agar tidak sampai kebobolan ketika dia melakukan oral terhadapku, namun kenyataannya, semua spermaku telah memenuhi mulutnya, ketika secara reflek, aku menjambak rambut dan menarik kepalanya sambil mendesah menahan kenikmatan saat spermaku akan keluar. Tanpa perasaan jijik, Lia menelan semua sperma yang ada di dalam mulutnya meskipun seperti orang yang mau muntah, mungkin ini yang pertama kalinya dia merasakannya. Tidak puas dengan begitu saja aku terus melanjutkan permainan ku.

“Fais, pintar yah cara bermainnya, gurih-gurih gimana gitu..”, kata Lia memuji. Aku hanya tertawa sebentar mendengarnya, karena bola mataku tetap memandang lekuk-lekuk tubuh Lia yang telanjang tanpa sehelai benangpun menutupinya tubuhnya. Kuperhatikan lagi “lembah” yang dihiasi oleh bulu-bulu halus itu, ternyata, warnanya agak memerah, mungkin karena tergesek oleh lidah dan jari-jariku.

“Makasih ya Lia..”, kataku sambil menciumi memeknya.
“Fais, boleh tidak kalau menjilati memek Lia lagi soalnya enak banget..!!
“Boleh saja sih, tapi boleh jugakan kalau Fais puaskan Lia, soalnya senjata Fais udah tidak kuat nich, pengen buru-buru berada di dalam memek Lia. Boleh yach?” “Lia takut Fais, kata temen-temen Lia, kalau masih perawan rasanya sakit banget, tidak mau ah.. Ntar kalau sakit gimana?”, tolak Lia.
“Pokoknya Lia tenang saja Fais masukinnya pelan-pelan kok jadi jangan takut yah sayang”, kataku meyakinkannya dan sambil mulai menjilati memek Lia. Dengan melebarkan pahanya, dan mempergunakan kedua tangannya, Lia membantu melebarkan memeknya agar mempermudah aku di dalam mencumbui memeknya.

Ku jilati intinya hingga dia menggelinjang tak karuan menahan rasa nikmat yang dia terima. Sengaja aku terus menjilati memeknya, agar dia diamuk oleh gairahnya sendiri, ketika kulihat tubuhnya mulai menegang, dan mengalami orgasme, entah untuk yang keberapa kali, aku langsung memindahkan cumbuanku kedaerah putingnya yang sudah sangat kencang. Kuciumi bagian bawah susunya, kusedot dan kumainkan lidahku di daerah tersebut.
“Fais.. Enak sekali sayang.. Aacchhh.. Ooohhhh..” Lia menggelepar menahan birahinya yang semakin besar. Kulihat jari lentik Lia mulai bermain dibibir kemaluannya sendiri, dia terus mengelus, dan sekali-sekali memasukan jarinya ke dalam lubang memeknya yang sudah sangat basah karena banyaknya cairan pelicin yang keluar dari dalam memeknya memeknya. Sambil tetap membenamkan wajahku diantara dua gunungnya, tanganku secara perlahan menarik tangan Lia yang sedang asik mengeluar masukan jarinya.

Awalnya dia menolak, tapi ketika aku bimbing jarinya kearah kontolku, Lia langsung menggenggam dan mengocoknya. Setelah agak lama, aku meminta Lia agar dia berada diatas tubuhku yang sudah dalam posisi berbaring.

Dengan perlahan, dia menaiki tubuhku. Sengaja aku menggesek-gesekan kontolku diantara lubang memeknya, ternyata benar, apa yang aku lakukan telah membuat kenikmatan yang dirasakan oleh Lia makin menjadi-jadi, diapun mulai bergerak menggesekan kontolku ke bagian luar memeknya.

Akhirnya, walau dengan posisi berada di bawah, tanpa sepengetahuan Lia, aku berusaha mengarahkan kontolku agar bisa memasuki lubang memeknya. Lia terus mendesah dan menggesekan memeknya, dan tanpa disadarinya, kotolku sudah memecahkan selaput darahnya, ssshhh Lia menjerit sedikit keras, sakit tapi nikmat yang di alami oleh kami berdua.

Terasa lembut sekali ketika kepala kontolku menyentuh bagian dalam dari lubang surganya, ada perasaan nikmat yang sulit untuk diungkapkan, dan tanpa terasa, sudah seluruh bagian kontolku berada di dalamnya. Seperti kesetanan, Lia terus menggoyangkan pantatnya, sesekali terdengar rintihan dan erangannya. Akupun terus mengeluar masukan kontolku ke dalam lubang memeknya (walau agak sulit karena posisiku berada di bawah).

Secara reflek Lia langsung merebahkan tubuhnya diatas tubuhku ketika dia sudah mencapai orgasmenya. Namun karena aku belum orgasme, aku langsung membalikan badannya agar berada di bawah tubuhku.

Dengan sedikit santai, aku terus menggerakan “junior”ku,
namun karena tubuh Lia yang bersih dan terawat, birahiku tidak bisa mengerti jika aku ingin lebih lama menikmati kemulusan tubuhnya. Akhirnya spermaku keluar di dalam kehangatan lubang memeknya. Kami berdua terbaring lemas...

waktu sudah pukul jam 14.00 wib kami berduapun membersihkan badan dan sempat berjinah kembali di dalam kamar mandi, setaip hari sabtu kami selalu melakukan hubungan intim sampai 3 bulan terakhir dirinya sudah pindah ke bandung karena masalah pekerjaan.

Meskipun begitu kami berdua masih bisa jumpa, dan jika Lia ingin di puaskan maka diriku bersedia memenuhi permintaannya.

No comments:

Post a Comment